POST TERAKHIR

01 Mei 2012

BUDIDAYA BELUT DI KOLAM SEMEN

Secara umum kolam budidaya dibedakan menjadi kolam permanen dan kolam semi permanen. Diantara satu dengan yang lain tidak ada yang lebih baik. Apapun yang dipilih, sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan
Karena ukurannya mudah disesuaikan dengan luas lahan, kolam semen, kolam bambu, kolam knock down, kolam terpal atau tong cocok digunakan untuk budidaya belut di lahan sempit.

Kolam Semen dibuat dari bahan batu bata, semen, pasir, batu kali dan besi. Pada umumnya dibuat berbentuk persegi, berupa bak yang ditanam di tanah maupun di atas permukaan. Tidak ada ukuran yang baku. Sepenuhnya tergantung pada jumlah belut yang akan “ditanam”. Semakin banyak belutnya, membutuhkan kolam lebih luas.

Sebagai pedoman, setiap 2 kilogram benih, membutuhkan kolam seluas 1 meter persegi. Selanjutnya, seiring dengan pertumbuhan belut, harus dilakukan penjarangan, supaya populasi belut tidak berlebihan. Untuk pemalas macam saya, supaya tidak repot harus selalu memindah belut, saya hanya menebar ½ kg benih untuk setiap meter persegi.

Kedalaman kolam cukup 1 meter saja. Nantinya diisi media plus air setinggi 60 sampai 80 sentimeter. Kalau mau sedikit nekad, boleh juga kolamnya dipangkas, hanya dibuat sedalam 70 sentimeter – lumayan, ngirit investasi, diisi media plus air setinggi 50 sentimeter.

Hasilnya tidak jauh beda. Pada percobaan pertama semua belut mati, percobaan kedua yang mati cuma sedikit, tapi yang hidup terpaksa dipindah ke wajan. Baru berhasil pada putaran ke delapan – setelah nyaris putus asa. (Peringatan bagi yang baru mulai: Jangan sekali-kali hanya “mencoba”. Kerjakan serius seolah-olah nyawa Anda menjadi taruhannya – pasti berhasil)

Secara umum kolam semen lebih tahan lama dibanding jenis lain, tapi sekaligus lebih banyak repotnya. Sebelum digunakan, kolam semen harus dibersihkan berulang-ulang sampai bau semen hilang. Setelah itu direndam beberapa hari dengan diberi pelepah batang pisang, untuk menetralisir racun yang tersisa.

Paling repot pada saat panen, terutama untuk kolam semen yang ditanam. Diperlukan kesabaran ekstra untuk menguras lumpur dan mengeluarkan seluruh belut. Saran saya, sebaiknya tidak menggunakan kolam tanam.

Kalau mau gampang saat panen, buat kolam di atas permukaan tanah, setinggi 1 meter. Buat dasar kolam 20 sampai 30 senti diatas permukaan tanah. Pada salah satu dindingnya, buat saluran keluar dari paralon diameter 4 inchi. Saat panen, tinggal lepas sumbatnya, lumpur dan belut langsung keluar dengan sendirinya.

Supaya air tidak luber, terutama saat hujan, di bawah bibir kolam diberi lubang pelimpah dari pipa paralon 1/2 inchi. Jangan lupa, di sisi dalam dipasang penyaring, supaya belut tidak lolos keluar. Ketinggian lubang pelimpah disesuaikan dengan ketinggian media.

Pada sisi yang berseberangan dengan lubang pelimpah, diberi saluran untuk air masuk. Alirkan air dengan debit kecil, supaya air kolam selalu mengalir, untuk mencegah air kolam menjadi jenuh oleh zat-zat beracun hasil metabolisme belut dan sisa-sisa pakan.



PREV BUDIDAYA BELUT- NEXT

1 komentar: