Sebagian orang merintis bisnis diawali sebagai usaha sampingan. Maksudnya, bisnis itu dikerjakan sebagai pengisi waktu luang di sela-sela pekerjaan utama yang biasanya tidak berkaitan samasekali dengan usaha sampingan itu.
Tidak salah mengawali bisnis sebagai usaha sampingan atau apapun namanya. Terbukti tidak sedikit bisnis besar yang bermula dari aktifitas iseng seperti itu. Hanya saja, dari sekian yang berhasil, tersembunyi sekian kali lipat lain yang rontok ditengah jalan.
Sayangnya, diantara korban gagal itu, tidak sedikit yang terpaksa rontok bukan lantaran pengusahanya tidak punya kemampuan atau komoditinya tidak diterima pasar, melainkan karena pengusahanya tidak berani all out mengembangkan bisnis yang sebenarnya sudah mulai lancar.
Sekecil apapun, ketika sebuah bisnis sudah berjalan, pasti membutuhkan perhatian serius. Bahkan ketika istri saya iseng jualan kacang dan baru melayani beberapa outlet kecil dengan omset tidak seberapa, aktifitas yang kemudian berjalan rutin tidak bisa lagi dikerjakan sambil lalu.
Suka atau tidak, jadwal aktivitas sudah harus dibuat. Kapan kulak, kapan mengemas, dan kapan delivery dilakukan, tidak bisa lagi dikerjakan hanya ketika ada waktu luang, seperti ketika usaha itu baru dimulai.
Komitmen pada rekanan, relasi dan terutama customer harus mulai dipelihara. Dan itu butuh waktu khusus.
Pada titik inilah biasanya sebuah usaha sampingan mulai memaksa pengusaha menentukan pilihan antara serius mengembangkan usaha barunya dengan konsekuensi meninggalkan pekerjaan lama, atau bertahan pada pekerjaan lama dan membiarkan bisnis baru yang sebenarnya mulai lancar dan punya potensi besar untuk dikembangkan, berjalan alakadarnya.
Kalau memang berat ninggal pekerjaan lama, entah dengan alasan lebih mapan atau karena hasilnya masih lebih besar atau karena takut nangung resiko gagal ditengah jalan, seorang EMPLOYEEPRENEUR, istilah saya untuk pekerja yang nyambi bisnis, bisa saja terus menekuni bisnisnya sekaligus tetap mempertahankan statusnya sebagai pekerja.
Supaya aktifitas usaha tidak terganggu manakala tugas kantor tidak bisa ditinggal, seorang employeepreneur bisa mempekerjakan karyawan untuk menangani urusan rutin.
Masalahnya, orang kita sering terlalu pelit keluar duit untuk menggaji orang yang mumpuni dan lebih suka mempekerjakan sanak sudara yang tidak punya semangat kerja, sekedar untuk menghemat pengeluaran. Itu sebabnya banyak bisnis potensial yang bermula dari usaha sampingan mandeg di tengah jalan.
Bisnis bukan jenis pekerjaan yang bisa disambi-sambi dan diperlakukan sebagai usaha sampingan. Bisnis menghendaki komitmen total dari pemiliknya. Walaupun bukan berarti pemilik harus standby setiap saat, nongkrongi usahanya.
Saat ini sudah jamak seorang pengusaha memiliki lebih dari tiga perusahaan dengan bidang usaha berbeda dan tidak nyambung satu sama lain. Semua bisa berkembang baik meskipun tidak setiap saat ditongkrongi.
Setelah bisnis berjalan, seorang pengusaha sebenarnya sudah tidak lagi dibutuhkan kehadirannya untuk menangani urusan rutin sehari-hari. Semua pekerjaan itu bisa diserahkan pada orang lain, sementara pengusaha hanya mengambil peran sebagai pengawas dan merencanakan pengembangan usaha. Tapi, tentu saja semua itu tetap harus dikerjakan dengan komitmen tinggi, bukan secara sambil lalu.
PREV - YANG SERING DILUPAKAN - NEXT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar