Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Terimakasih sudah berkunjung di blog saya.

Berhubung blog Small Is Powerfull salah oprek dan sampai hari ini belum bisa diselamatkan, maka saya memutuskan untuk bedhol blog. Sebagian besar post berhasil saya pindah, tinggal beberapa yang agak berantakan belum sempat diperbaiki. Kalau mau keren, saya bisa bilang belum punya waktu. Tapi kalau mau jujur, terpaksa saya harus ngaku, malas.

Karena sudah ada pengunjung yang kecewa, sekali lagi perlu saya sampaikan bahwa ini bukan blog motivasi atau tentang kiat sukses. Semua adalah pengalaman pribadi. Apakah yang saya alami konyol, katrok, sesuai dengan teori atau tidak, bagi saya tidak penting. Realitanya seperti itulah yang terjadi.

Seandainya ada pemula yang kemudian menjadi keder setelah membaca blog ini, saya cuma bisa minta maaf – Memangnya kalau minta duit ada yang mau kasih? Tapi kalau memang sudah niat jadi pengusaha, sebaiknya jangan membiasakan diri gampang keder.

Setiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Ada yang ketemu jalan mulus, baru mulai langsung sukses. Tapi ada pula yang kebagian jalur off road sehingga bisa punya cerita seru seperti saya..



POST TERAKHIR

22 Juli 2009

PELUANG BISNIS BELUT


Tak ada angin dan tiada hujan, tiba-tiba saja saya tertarik pada budidaya belut. Padahal, melihat hewan satu ini, kecuali setelah jadi keripik, ngerinya bukan main. Saya phobia pada hewan bertubuh gilig yang melata atau berlendir. Saya belum pernah mencari tahu alasannya, yang jelas selalu merasa ngeri saja. Tanpa berusaha keras menahan diri, saya bisa kalap membunuh hewan malang itu dengan membabi buta.

Jadi, kalau sekarang saya tertarik, rasanya aneh saja.

Oke, jangan hiraukan masalah saya. Kita fokus pada belutnya saja.

Sebenarnya saya belum tahu pasti, seberapa besar sesungguhnya pasar riil belut. Apakah di luar negeri permintaan belut juga sebesar kabar yang belakangan semakin sering saya dengar, atau barangkali permintaan itu memang ada, tapi belutnya beda dengan yang dibudidayakan di Indonesia? Tapi, terlepas dari permintaan luar negeri, beda dengan jangkrik yang secara kasat mata saya tahu hanya dikonsumsi sebagai pakan unggas dan beberapa jenis ikan carnivora, permintaan pasar terhadap keripik dan abon belut bisa dibilang cukup besar. Dan kalau sudah berurusan dengan perut manusia, ditambah lagi harganya terjangkau seluruh lapisan masyarakat, pasar riilnya pasti tidak kecil.

Dengan kondisi seperti itu, plus budidaya belut – bagi pemula, tidak segampang lele, jangkrik atau ayam, maka seandainya terjadi over supply akibat booming, tidak akan berlangsung lama. Tingkat kesulitan yang tinggi akan menjadi faktor seleksi alam yang ampuh untuk segera menyingkirkan para penggembira dan petualang bisnis yang hanya mencari keuntungan sesaat. Jadi untuk saat ini, bagi orang yang benar-benar tekun, budidaya belut bisa dibilang cukup aman. Itu analisa saya. Lalu, bagaimana menurut “kata orang”?

Menurut sejumlah berita di koran, majalah agribisnis dan buku-buku budidaya belut, potensi pasarnya luar biasa. Berikut ini kutipan dari buku “Pembesaran Belut di Dalam Tong dan Kolam Terpal” terbitan AgroMedia Pustaka:

Salah satu kelebihan belut adalah dapat diterima pasar manapun, baik domestik maupun internasional. Terbukti, permintaan belut untuk konsumsi dalam negeri juga tinggi, bahkan belum bisa terpenuhi seluruhnya. Penyereap komoditi belut dalam negeri antara lain usaha makanan …. - Dst, saya potong - …. Tidak hanya itu, pakar pengobatan herbal dalam negeri juga banyak yang menggunakan belut sebagai saah satu bahan bakunya.

Selain itu, belut juga dapat menjadi produk ekspor. Terbukti permintaan belut dari negara-negara Uni Eropa berupa frozen dan smoke eel, hingga kini belum terpenuhi. Permintaan kulit belut untuk aksesori juga cukup besar. Misalnya, italia dan Amerika membutuhkan pasokan untuk dijadikan sabuk atau dompet. Bahkan pada tahun 2009, Cina membutuhkan 1 – 2 ton perbulan, khusus untuk darah dan tulang belut.

Dua paragraf kutipan itu saya rasa sudah cukup memberi gambaran tentang betapa potensialnya pasar belut. TAPI, selalu ada tapinya, semua itu kan cuma katanya. Kalaupun benar permintaan seperti itu memang ada, harus dipikirkan pula apakah saya punya akses untuk menjangkau pasar yang luar biasa itu?

Saya tidak mau terbuai oleh iming-iming yang kemungkinan besar tidak bisa saya jangkau, tapi saya juga tidak mau dibuat bingung oleh kenyataan bahwa banyak pembudidaya belut yang sukses, sekaligus tidak sedikit pula yang gulung tikar. Bagi saya, setiap usaha selalu punya dua sisi, gagal dan berhasil. Seberapa besar saya akan berhasil atau malah gagal, semuanya tergantung pada kemauan. Jadi saya menakar potensi sebuah peluang usaha pertamakali dengan melihat seberapa besar niat dan kemauan saya untuk bekerja. Selagi yang terbayang hanya duit, duit dan duit, saya langsung mundur.

Tujuan setiap orang membangun sebuah bisnis memang untuk mendapatkan keuntungan, tapi kalau sejak awal yang terlintas dalam pikian hanya duit dan untung semata, maka begitu menghadapi rintangan pertama, konsentrasinya pasti langsung bubar. Dan tanpa konsentrasi, tidak ada lagi yang bisa diharapkan.

Saya masih belum tahu pasti, apa yang membuat saya tertarik pada bisnis belut, tapi kesadaran dan kesungguhan untuk berusaha menghadapi kesulitan dan kengerian yang sudah saya hadapi sejak saya mulai berusaha mempelajari belut sedikit banyak menjadi indikasi bahwa saya punya kekuatan walaupun sekedar untuk maju selangkah demi selangkah. Saya melihat potensinya, saya menyadari kesulitannya dan saya merasakan terornya, tapi saya masih bergerak maju, itu akan menciptakan peluang besar bagi saya.

Kalau Anda punya perasaan sama seperti saya, atau paling tidak Anda tahu bahwa budidaya belut tidak mudah, dan setelah berhasil sampai panenpun nantinya ada kemungkinan sulit memasarkan, tapi Anda tetap bergerak maju, maka saya berani bilang, bagi Anda, bisnis belut memang punya peluang besar.



PREV BUDIDAYA BELUT- NEXT