Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Terimakasih sudah berkunjung di blog saya.

Berhubung blog Small Is Powerfull salah oprek dan sampai hari ini belum bisa diselamatkan, maka saya memutuskan untuk bedhol blog. Sebagian besar post berhasil saya pindah, tinggal beberapa yang agak berantakan belum sempat diperbaiki. Kalau mau keren, saya bisa bilang belum punya waktu. Tapi kalau mau jujur, terpaksa saya harus ngaku, malas.

Karena sudah ada pengunjung yang kecewa, sekali lagi perlu saya sampaikan bahwa ini bukan blog motivasi atau tentang kiat sukses. Semua adalah pengalaman pribadi. Apakah yang saya alami konyol, katrok, sesuai dengan teori atau tidak, bagi saya tidak penting. Realitanya seperti itulah yang terjadi.

Seandainya ada pemula yang kemudian menjadi keder setelah membaca blog ini, saya cuma bisa minta maaf – Memangnya kalau minta duit ada yang mau kasih? Tapi kalau memang sudah niat jadi pengusaha, sebaiknya jangan membiasakan diri gampang keder.

Setiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Ada yang ketemu jalan mulus, baru mulai langsung sukses. Tapi ada pula yang kebagian jalur off road sehingga bisa punya cerita seru seperti saya..



POST TERAKHIR

31 Juli 2011

BUDIDAYA BELUT MULAI DARI SKALA KECIL

Berapapun duit yang Anda miliki, kalau ingin budidaya belut, sebaiknya mulailah dari skala kecil. Paling tidak selama pakar belut masih didominasi para entrepreneur yang lebih suka “main” sendiri ketimbang duduk manis sekedar menjadi konsultan.

Sampai saat ini kebanyakan pemula bukan saja learning by doing, tapi kebanyakan masih trial and error. Coba begini, coba begitu, ….. eee jebul salah. Maka untuk memperkecil resiko, sebaiknya mulai dari skala kecil dulu. Atau paling banyak kerjakan 1 kolam 5x5 meter persegi atau 10 drum dulu.

Kalaupun kehilangan duit banyak tidak menjadi masalah, bagi pemula, apalagi yang baru pertamakali mengerjakan, menyiapkan media untuk kolam “sebesar” itu bukan pekerjaan gampang. Belum lagi urusan menyediakan pakan bagi belut. Bahkan seandainya ada seribu tenaga kerja sekalipun, karena sejuta orang bodoh tetap tidak sebanding dengan satu orang yang benar-benar sudah ahli.

Jangan sekali-kali mengawali budidaya belut semata-mata hanya mengandalkan kekuatan finansial. Bahkan seandainya menyiapkan media dan menyediakan pakan tidak menjadi masalah, jangan lupa, mencari bibit belut berkualitas dalam jumlah besar juga bukan pekerjaan mudah.

Ketika belut di salah satu drum saya menunjukkan gejala kelimpungan dan beberapa hari kemudian menunjukkan gelagat bakal mati, saya memutuskan memindah belut-belut itu ke wadah lain “yang lebih hangat”, wajan. Tapi, bayangan bakal makan enak segera sirna ketika melihat betapa banyak belut yang harus “dibetheti”.

Solusi terakhir, belut-belut malang itu akhirnya cuma dibagikan gratis pada siapa saja yang mau. Dan ternyata, mencari orang yang mau menerima limpahan belut setengah hidup juga tidak gampang. Lalu, ketika yang tersisa, menurut ukuran selera dan kapasitas perut saya, masih tetap terlalu banyak, terpaksa dibagi-bagi kembali dengan sedikit main paksa - lantaran yang diberi sebenarnya juga sudah eneg.

Bayangkan seandainya belut belum cukup umur yang klenger dan harus “dievakuasi” jumlahnya lebih dari satu kolam besar. Apa tidak malah membuat berantem dengan tetangga ketika Anda memaksa mereka menerima belut baru gede dalam jumlah berlebihan?

Dijual? Memangnya siapa yang mau beli belut klenger?



PREV BUDIDAYA BELUT- NEXT