Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Terimakasih sudah berkunjung di blog saya.

Berhubung blog Small Is Powerfull salah oprek dan sampai hari ini belum bisa diselamatkan, maka saya memutuskan untuk bedhol blog. Sebagian besar post berhasil saya pindah, tinggal beberapa yang agak berantakan belum sempat diperbaiki. Kalau mau keren, saya bisa bilang belum punya waktu. Tapi kalau mau jujur, terpaksa saya harus ngaku, malas.

Karena sudah ada pengunjung yang kecewa, sekali lagi perlu saya sampaikan bahwa ini bukan blog motivasi atau tentang kiat sukses. Semua adalah pengalaman pribadi. Apakah yang saya alami konyol, katrok, sesuai dengan teori atau tidak, bagi saya tidak penting. Realitanya seperti itulah yang terjadi.

Seandainya ada pemula yang kemudian menjadi keder setelah membaca blog ini, saya cuma bisa minta maaf – Memangnya kalau minta duit ada yang mau kasih? Tapi kalau memang sudah niat jadi pengusaha, sebaiknya jangan membiasakan diri gampang keder.

Setiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Ada yang ketemu jalan mulus, baru mulai langsung sukses. Tapi ada pula yang kebagian jalur off road sehingga bisa punya cerita seru seperti saya..



POST TERAKHIR

08 Desember 2009

MENCARI BENIH BELUT


Saat pertamakali membeli bibit, hanya 2 kilo, saya mendapat benih campur aduk. Bayangan semula bakal mendapat bibit berkualitas langsung buyar begitu saya melihat ukuran benih yang tidak sama. Lebih hopeless lagi ketika kemudian saya mendapati beberapa anakan sudah loyo duluan sebelum dipindah ke jerigen angkut.

- Adanya cuma begitu, jadi beli apa tidak?

Saya segera sadar sudah keliru memilih tempat membeli benih. Kali berikutnya, setelah mendapat cukup informasi, saya membeli di tempat yang “kata orang” punya benih bagus. Walaupun tidak separah di tempat pertama, kondisi anakan di tempat kedua ini tetap tidak bisa dibilang bagus. Ukurannya tetap tidak seragam. Itu saja sudah membawa pengaruh cukup signifikan terhadap proses selanjutnya.

Kalau mencari benih 2 kilo saja saya harus berburu terlebih dahulu ke berbagai tempat sebelum nemu supplier yang baik hati bersedia menjual benih seperti yang saya kehendaki, bagaimana kalau nanti saya butuh benih dalam jumlah besar?

Masalahnya, para penjual benih itu juga pembudidaya yang menjual belut konsumsi. Benih-benih itu sebenarnya disiapkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan baru dijual kalau ada kelebihan. Celakanya, yang saya jumpai sampai saat ini, kebanyakan benih yang tersisa adalah benih yang tidak lolos seleksi. Hanya sedikit saja yang bisa dibilang berkualitas.

Sudah barang tentu saya tidak bisa menyalahkan mereka. Sudah bagus ada yang mau berbagi benih dengan saya. Kalau nantinya saya butuh benih berkualitas dalam jumlah besar, nampaknya tidak ada pilihan lain kecuali “memproduksi” benih sendiri.

Nah kalau untuk pembesaran saja urusannya tidak gampang, apalagi kalau membuat pembenihan. Saya belum bisa membayangkan.

Atau, mungkin memang sebaiknya tidak usah dibayangkan dulu, tapi langsung dikerjakan saja? Siapa tahu malah lebih gampang?

Untuk saat ini nampaknya saya memang harus bersyukur saja dulu, ada yang mau berbagi benih dan pengalaman. Lebih baik saya konsentrasi pada pembesara belut saja. Urusan benih dipikir sambil jalan.

Pernah suatu saat, senior yang baik hati itu memberi ide, sebaiknya saya konsentrasi sebagai produsen bibit saja. Pasarnya sangat besar. Bahkan beliau lebih senang kalau saya bisa memenuhi kebutuhan benihnya, sehingga beliau bisa konsentrasi pada budidaya pembesaran belut.

Saya menerima usulan itu, tapi tidak untuk sekarang. Untuk saat ini saya perlu prestasi riil dulu untuk memompa semangat yang sempat kembang kempis akibat beberapa kegagalan sebelumnya.



PREV BUDIDAYA BELUT- NEXT