Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Terimakasih sudah berkunjung di blog saya.

Berhubung blog Small Is Powerfull salah oprek dan sampai hari ini belum bisa diselamatkan, maka saya memutuskan untuk bedhol blog. Sebagian besar post berhasil saya pindah, tinggal beberapa yang agak berantakan belum sempat diperbaiki. Kalau mau keren, saya bisa bilang belum punya waktu. Tapi kalau mau jujur, terpaksa saya harus ngaku, malas.

Karena sudah ada pengunjung yang kecewa, sekali lagi perlu saya sampaikan bahwa ini bukan blog motivasi atau tentang kiat sukses. Semua adalah pengalaman pribadi. Apakah yang saya alami konyol, katrok, sesuai dengan teori atau tidak, bagi saya tidak penting. Realitanya seperti itulah yang terjadi.

Seandainya ada pemula yang kemudian menjadi keder setelah membaca blog ini, saya cuma bisa minta maaf – Memangnya kalau minta duit ada yang mau kasih? Tapi kalau memang sudah niat jadi pengusaha, sebaiknya jangan membiasakan diri gampang keder.

Setiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Ada yang ketemu jalan mulus, baru mulai langsung sukses. Tapi ada pula yang kebagian jalur off road sehingga bisa punya cerita seru seperti saya..



POST TERAKHIR

23 April 2009

TAAT PAJAK BIKIN RUSAK

Dipindahkan dari blog saya yang lain, UKM_online.co.cc

Idealnya sebuah usaha memiliki system administrasi dan keuangan sesuai dengan standard administrasi dan akuntansi. Tapi ketika saya mencoba mengerjakan persis seperti yang saya dapat di bangku kuliah, ternyata malah membuat saya kedodoran. Waktu saya habis tersita hanya untuk ngurus pembukuan dan mengatur arsip.

Transaksi penjualan eceran di kios kelontong saya tidak lebih dari 150 kali dalam sehari, tapi melibatkan uang receh dan puluhan item barang. Secara akuntansi, itu adalah mutasi yang ribet. Belum lagi transaksi pembelian barang dari supplier, lalu masih ditambah penjualan grosir yang hitungannya berbeda dari penjualan eceran. Dan yang paling merepotkan justru mengurus nota-nota dan menyusun arsip sesuai dengan urutan setiap transaksi.

Saat itu saya sudah memanfaatkan komputer, dan kebetulan juga ada software akuntansi dan inventory control. Tapi lantaran programnya mengacu pada sistem akuntansi dari luar negeri (awal dekade 90 an saya belum nemu sofware akuntansi yang dibuat oleh orang Indonesia), hasilnya justru semakin berantakan.

Software itu tidak mengenal customer sontoloyo yang membayar hutang dicicil sampai berkali-kali atau yang membayar pakai cek kontan tapi baru boleh dicairkan bulan depan, lalu ketika tiba saatnya dicairkan, ternyata tidak ada dananya. Software itu juga tidak mengenal pembayaran barter yang terpaksa saya terima lantaran pedagang yang kulak dari saya tidak mampu membayar dengan uang, lalu saya terpaksa menerima barter dengan apa saja, yang penting balik modal.

Ketika kemudian bisnis sarang burung walet saya berkembang, saya terpaksa mengambil jalan pintas. Warung kelontong yang omsetnya tidak seberapa itu saya biarkan berjalan begitu saja tanpa pembukuan, kecuali sekedar catatan arus kas sederhana. Saya hanya berkonsentrasi pada penjualan grosir gula pasir, beras dan sarang burung. 

Itupun masih lumayan puyeng, karena dari 3 jenis komoditi itu ternyata muncul lebih dari 10 item barang. Gula pasir 1 item. Beras ada beberapa item, terdiri dari Raja Lele, Pandanwangi, C4, Memberamo, Mentik, Cisadane, IR64 dan beras PNS, sementara sarang burung punya 4 item, yaitu sarang walet putih goa, sarang walet putih rumahan, sarang walet campuran dan sarang burung sriti.

Dengan mempertimbangkan segala kemungkinan yang bisa terjadi diluar pakem akuntansi, saya kemudian berganti menggunakan software spreadsheet lotus 123 dengan entry data secara manual, supaya kalau suatu saat diperlukan, postingnya gampang dikoreksi.

Urusan intern beres. Saya bisa memantau arus kas, saldo kas riil, hutang-piutang, dan persediaan barang. Tapi ketika tahun 1996 saya bangkrut, pembukuan yang tidak mengikuti pakem akuntansi pajak itu menjadi bumerang. Setelah menjalani pemeriksaan pajak, saya dinyatakan masih punya hutang pajak dengan jumlah yang membuat saya seperti bangkrut 2 kali.

Pengalaman pahit itu memberi pelajaran berharga bahwa untuk sebuah perusahaan, tidak perduli hanya UKM, jangan pernah menganggap enteng urusan administrasi dan akuntasi. Dan kalau mau taat pajak, sebaiknya memang harus taat beneran, sesuai aturan. Taat pajak tapi semau gue hanya membuat saya tekor 2 kali.



PREV - MABUK PAJAK - NEXT