Autodidak adalah nama tengah saya. Banyak hal bisa saya pelajari sendiri, kecuali akuntansi. Setelah beberapa bulan mencoba tapi justru tambah bingung, akhirnya saya terpaksa menyerah, lalu ikut program diploma ekonomi.
Itupun nyaris tidak membantu. Selain salah jurusan – saya ambil pemasaran, Dasar-dasar akuntansi yang sempat saya pelajari selama 2 semester nyaris tidak ada yang nyangkut di otak secara permanen. Segera setelah lulus ujian semester dengan nilai minimum, saya langsung lupa seluruhnya.
Saya justru mulai mengerti dasar-dasar akuntansi setelah mendapat petunjuk sederhana dari lulusan SMA jurusan IPS.
Berdasar kursus kilat gratisan itu, saya mendapati bahwa semua pencatatan mutasi keuangan bermula dari jurnal. Mengenai apa itu jurnal, bisa Anda pelajari di dasar-dasar akuntansi. Untuk kali ini cukup saya katakan bahwa semua catatan keuangan mengacu pada jurnal ini. Kemana angka-angka akan diposting, mengikuti jurnal.
Setelah saya lebih paham akuntansi, saya mendapati bahwa banyak kesalahan dalam akuntansi pajak ternyata juga bermula dari kesalahan dalam pencatatan di buku jurnal. Atau bahkan lebih konyol lagi, gara-gara tidak ada buku jurnal.
nGurus jurnal memang agak ribet, terutama kalau perusahaan hanya punya satu tenaga pembukuan merangkap kasir. Iseng pernah saya coba kerjakan sendiri –sekedar ikut merasakan bagaimana senewennya karyawan saya mengerjakan pembukuan kalau masih ditambahi tugas merangkap sebagai kasir. Ternyata, seberat apapun kondisi di lapangan, masih lebih ringan ketimbang ngurus pembukuan. Bosen dan sebelnya benar-benar gak ketulungan.
Tapi, menurut pendapat saya, sekecil apapun volume transaksi perusahaan, sebaiknya tetap memiliki jurnal. Berdasar pengalaman diperiksa pajak, kesalahan pembukuan, penggelapan pajak, segala penyimpangan yang disengaja maupun tidak, dan bahkan kebocoran kas bisa dilacak dan gampang diketahui dari catatan kronologis mutasi.
Itupun nyaris tidak membantu. Selain salah jurusan – saya ambil pemasaran, Dasar-dasar akuntansi yang sempat saya pelajari selama 2 semester nyaris tidak ada yang nyangkut di otak secara permanen. Segera setelah lulus ujian semester dengan nilai minimum, saya langsung lupa seluruhnya.
Saya justru mulai mengerti dasar-dasar akuntansi setelah mendapat petunjuk sederhana dari lulusan SMA jurusan IPS.
Berdasar kursus kilat gratisan itu, saya mendapati bahwa semua pencatatan mutasi keuangan bermula dari jurnal. Mengenai apa itu jurnal, bisa Anda pelajari di dasar-dasar akuntansi. Untuk kali ini cukup saya katakan bahwa semua catatan keuangan mengacu pada jurnal ini. Kemana angka-angka akan diposting, mengikuti jurnal.
Setelah saya lebih paham akuntansi, saya mendapati bahwa banyak kesalahan dalam akuntansi pajak ternyata juga bermula dari kesalahan dalam pencatatan di buku jurnal. Atau bahkan lebih konyol lagi, gara-gara tidak ada buku jurnal.
nGurus jurnal memang agak ribet, terutama kalau perusahaan hanya punya satu tenaga pembukuan merangkap kasir. Iseng pernah saya coba kerjakan sendiri –sekedar ikut merasakan bagaimana senewennya karyawan saya mengerjakan pembukuan kalau masih ditambahi tugas merangkap sebagai kasir. Ternyata, seberat apapun kondisi di lapangan, masih lebih ringan ketimbang ngurus pembukuan. Bosen dan sebelnya benar-benar gak ketulungan.
Tapi, menurut pendapat saya, sekecil apapun volume transaksi perusahaan, sebaiknya tetap memiliki jurnal. Berdasar pengalaman diperiksa pajak, kesalahan pembukuan, penggelapan pajak, segala penyimpangan yang disengaja maupun tidak, dan bahkan kebocoran kas bisa dilacak dan gampang diketahui dari catatan kronologis mutasi.
PREV - ADMINISTRASI UKM - NEXT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar