POST TERAKHIR

08 November 2009

MEMBUAT MEDIA BELUT


Sejak awal saya sudah mendapat wejangan dari beberapa pakar belut, supaya cermat dalam mempersiapkan media. Menurut mereka, kualitas media sangat menentukan keberhasilan budidaya.

Menyiapkan media ternyata tidak gampang, walaupun juga tidak bisa dibilang sulit. Kalau kemudian menjadi sedikit membingungkan itu gara-gara saya terlalu getol mencari tambahan informasi. Mestinya saya ikuti saja petunjuk pembimbing saya tanpa banyak pertimbangan dan tidak usah mencari informasi pembanding. Tapi karena saya sedikit agak perfeksionis, alih-alih mendapat informasi tambahan, akhirnya malah jadi bingung ketika informasi yang saya dapat berbeda antara satu dengan yang lain..

Salah satu yang mengacau kecerdasan saya yang hanya pas-pasan ini adalah pemanfaatan enceng gondok. Yang tidak suka eceng gondok bilang kalau enceng gondok menghambat pertumbuhan plankton dan membuat media jadi keras. Sementara yang lain bilang enceng gondok berguna sebagai tempat persembunyian belut dan memperkecil fluktuasi temperatur air. Bingung dah. Akhirnya saya ganti kangkung. Tapi apa pengaruhnya terhadap belut, saya tidak bisa memantau.

Begitu juga dengan persiapan media. Setiap orang ternyata punya resep masing-masing. Lalu, sebelum terlanjur jadi idiot lantaran kebanyakan mikir, saya memberanikan diri mengambil kesimpulan sendiri. Pada percobaan pertama saya menggunakan jerami, lumpur sawah dan pupuk kandang sebagai bahan dasar media. Tanpa gedebog pisang, karena ada yang bilang kalau media yang dicampur gedebog pisang butuh waktu lebih lama untuk menjadi matang.

Sampai saat ini saya tidak tahu, apakah ramuan media yang saya pakai juga punya andil terhadap kegagalan pada percobaan pertama. Tapi sekedar untuk tidak mengulang kesalahan serupa, maka pada percobaan kedua saya sedikit mengubah komposisi bahan media, memakai rajangan gedebog pisang, jerami dan lumpur sawah. Tanpa pupuk kandang, tapi ditambah larutan dekomposer. Mengapa pakai dekomposer? Lha petunjuknya begitu, ya dituruti saja. Belum saatnya bagi saya untuk berimprovisasi. Daripada nanti panen belut goreng, lebih baik untuk sementara manut saja.

Sesuai petunjuk orang yang saya anggap tahu, jerami dan rajangan gedebog pisang diolah dulu di luar kolam. Kalau tidak salah dengar, difermentasikan dengan bantuan dekomposer. Caranya, saya buat petakan ukuran 2 x 2 meter dari kayu bekas kemasan. Taruh petakan di tempat kering, lalu campuran gedebog dan jerami di tuang ke dalam petakan kayu sampai ketinggian kira-kira 10 cm. Setelah itu larutan dekomposer disemprotkan ke atas permukaan bahan. Setelah semua permukaan disemprot secara merata, lapisan kedua diletakkan di atasnya, juga setinggi 10 cm, lalu disemprot lagi. Begitu seterusya sampai seluruh bahan habis. Terakhir, permukaan paling atas ditutup menggunakan karung goni. Lalu dibiarkan selama kurang lebih 1 bulan.

Setelah matang, media dicuci dengan cara direndam dalam air selama 7 hari. Selama masa perendaman, air diganti setiap hari. Pada akhir hari ke tujuh, air dikuras habis, kemudian media dibagi rata dalam tong, diberi larutan microstarter, ditambahkan lumpur sawah dan air, lalu diaduk sampai rata. Sampai disini persiapan media bisa dianggap selesai, tapi belum bisa dipakai. Masih harus nunggu kurang lebih 1 bulan lagi sampai media aman digunakan. Dan selama menunggu, setiap 2 minggu air diganti baru.

Kalau ada yang pengin tahu, larutan dekomposer itu apa? Saya tidak tahu. Yang jelas jangan coba-coba diminum. Itu saja. Dekomposernya sendiri berupa bubuk, lalu dicampur air dengan takaran 50 gram dekomposer dengan air satu jeriken ukuran 5 liter. Microstarternya saya juga tidak ngeh. Waktu itu saya terima saja apapun yang diberikan teman. Perbandingan medianya juga lupa tidak dicatat. Benar-benar konyol.



PREV BUDIDAYA BELUT- NEXT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar