Sebenarnya, mengawali bisnis dari rumah gak beda jauh dari yang punya outlet di tempat strategis. Walaupun tempat usaha punya pengaruh tapi menurut saya tidak signifikan.
Buktinya, banyak bisnis yang nongkrong di tempat-tempat seperti itu yang ambruk sebelum mencapai seumur jagung. Di Jogja ada beberapa pertokoan yang berada di tempat strategis bahkan tidak laku sama sekali. Pengusaha yang membuka lapak di sana harus gigit jari lantaran pengunjungnya terlalu sedikit.
Salah satu diantaranya adalah pertokoan Reksonegaran. Pada waktu masih menjadi pasar becek, selalu ramai dikunjungi konsumen. Kios-kios yang terletak di luar bahkan buka sampai malam dan selalu laris. Tapi setelah beberapakali renovasi, dan diubah menjadi pertokoan yang bersih, sampai hari ini tetap bersih dari pengunjung.
Adapula S***** Square yang kemudian malah ribut dengan penghuninya. Penyebabnya juga sama, sepi pengunjung. Begitu pula dengan grosir handphone dan komputer yang menempati bekas Gelael Adisucipto. Walaupun kondisinya lebih bagus, ada pembeli yang datang, tapi banyaknya penyewa yang kemudian tutup menunjukkan bahwa berniaga di tempat itu tidak memberi keuntungan yang memadai.
Sebaliknya, beberapa lokasi yang secara ukuran bisnis dianggap tidak strategis malah bisa membuat bisnis berkembang. Warung mbok Geneng terletak “nylempit” di gang kampung, tapi dikunjungi oleh orang-orang yang rela menempuh jarak jauh, nanggung resiko sulit parkir, ditambah lagi kalau apes masih harus ngantre sekedar untuk makan gudeg atau lele mangut yang sebenarnya bisa ditemukan di tempat lain.
Bisnis saya juga bermula dari emperan rumah. Yang terbukti luar biasa adalah Apple. Bisnis IT dengan logo apel krowak itu juga diawali dari garasi. Jadi, lupakan tempat darimana Anda akan mengawali bisnis. Fokus saja pada bisnis itu sendiri.
Walaupun begitu, ada satu hal penting yang harus di perhatikan bila mengawali bisnis dari rumah, yaitu jam kerja.
Orang bilang, menjadi pengusaha ibarat menikah dengan pekerjaan. Kadang bahkan istri resmi dinomer duakan demi pekerjaan. Tapi sebaiknya tidak perlu sampai seperti itu. Sesibuk apapun, tetap ada sisi kehidupan yang harus kita lindungi dari gangguan pekerjaan. Oleh sebab itu, tetapkan jam kerja utama, dimana pekerjaan memang menjadi prioritas utama. Entah eight to four atau nine to five, harus ada.
Selain untuk melindungi segala kepentingan supaya tidak saling bertabrakan, jam kerja utama penting untuk membiasakan disiplin. Kebiasaan orang yang bekerja di rumah, antara jam kerja dengan waktu tidur dan kelayapan sering kacau. Pada saat seharusnya kerja malah molor, sementara giliran harus istirahat masih kelayapan kesana kemari. Kalaupun melek di rumah, bukannya kerja tapi lebih banyak nongkrong di depan TV.
Disiplin adalah kunci utama keberhasilan. Jangan biarkan suasana rumah membuat Anda tidak disiplin.
Buktinya, banyak bisnis yang nongkrong di tempat-tempat seperti itu yang ambruk sebelum mencapai seumur jagung. Di Jogja ada beberapa pertokoan yang berada di tempat strategis bahkan tidak laku sama sekali. Pengusaha yang membuka lapak di sana harus gigit jari lantaran pengunjungnya terlalu sedikit.
Salah satu diantaranya adalah pertokoan Reksonegaran. Pada waktu masih menjadi pasar becek, selalu ramai dikunjungi konsumen. Kios-kios yang terletak di luar bahkan buka sampai malam dan selalu laris. Tapi setelah beberapakali renovasi, dan diubah menjadi pertokoan yang bersih, sampai hari ini tetap bersih dari pengunjung.
Adapula S***** Square yang kemudian malah ribut dengan penghuninya. Penyebabnya juga sama, sepi pengunjung. Begitu pula dengan grosir handphone dan komputer yang menempati bekas Gelael Adisucipto. Walaupun kondisinya lebih bagus, ada pembeli yang datang, tapi banyaknya penyewa yang kemudian tutup menunjukkan bahwa berniaga di tempat itu tidak memberi keuntungan yang memadai.
Sebaliknya, beberapa lokasi yang secara ukuran bisnis dianggap tidak strategis malah bisa membuat bisnis berkembang. Warung mbok Geneng terletak “nylempit” di gang kampung, tapi dikunjungi oleh orang-orang yang rela menempuh jarak jauh, nanggung resiko sulit parkir, ditambah lagi kalau apes masih harus ngantre sekedar untuk makan gudeg atau lele mangut yang sebenarnya bisa ditemukan di tempat lain.
Bisnis saya juga bermula dari emperan rumah. Yang terbukti luar biasa adalah Apple. Bisnis IT dengan logo apel krowak itu juga diawali dari garasi. Jadi, lupakan tempat darimana Anda akan mengawali bisnis. Fokus saja pada bisnis itu sendiri.
Walaupun begitu, ada satu hal penting yang harus di perhatikan bila mengawali bisnis dari rumah, yaitu jam kerja.
Orang bilang, menjadi pengusaha ibarat menikah dengan pekerjaan. Kadang bahkan istri resmi dinomer duakan demi pekerjaan. Tapi sebaiknya tidak perlu sampai seperti itu. Sesibuk apapun, tetap ada sisi kehidupan yang harus kita lindungi dari gangguan pekerjaan. Oleh sebab itu, tetapkan jam kerja utama, dimana pekerjaan memang menjadi prioritas utama. Entah eight to four atau nine to five, harus ada.
Selain untuk melindungi segala kepentingan supaya tidak saling bertabrakan, jam kerja utama penting untuk membiasakan disiplin. Kebiasaan orang yang bekerja di rumah, antara jam kerja dengan waktu tidur dan kelayapan sering kacau. Pada saat seharusnya kerja malah molor, sementara giliran harus istirahat masih kelayapan kesana kemari. Kalaupun melek di rumah, bukannya kerja tapi lebih banyak nongkrong di depan TV.
Disiplin adalah kunci utama keberhasilan. Jangan biarkan suasana rumah membuat Anda tidak disiplin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar