POST TERAKHIR

11 November 2011

BUDIDAYA BELUT DI LAHAN SEMPIT

Kalau manusia bisa nyaman menghuni rumah type RSS, mengapa belut tidak bisa “diajari” hidup lahan terbatas? Apa yang membuat belut begitu istimewa, sehingga kita berpikir kalau belut hanya bisa hidup di lingkungan yang ideal? Sementara realitanya, belut bahkan bisa hidup dilingkungan ekstrem dengan sedikit air dan miskin oksigen.

Sampai setahun yang lalu, masih saja ada yang memprovokasi saya dengan keyakinan kalau belut hanya bisa hidup di sawah, rawa dan laut. Bukan di kolam semen, apalagi tong plastik dengan media buatan.

Untung saja dunia ini juga dihuni oleh orang-orang bebal yang tidak mau menerima keadaan begitu saja tanpa mencoba berbuat sesuatu, untuk menjajagi kemungkinan baru.

Hasilnya, sekarang bahkan drum plastik kapasitas 200 literpun bisa dimanfaatkan sebagai sarana budidaya. Walaupun, kita memang tidak bisa berbuat seenak udel. Bagaimanapun juga, kita tetap harus kompromi dengan kebiasaan belut, yang ternyata juga rewel seperti bayi manusia.

Untuk mendapatkan hasil budidaya maksimal, secara umum kolam budidaya belut harus disesuaikan supaya mendekati kondisi habitat asli. Sekalipun hidup di lingkungan berlumpur, kadang sedikit air dan miskin oksigen, tapi perlu diingat bahwa habitat asli belut bukan merupakan lingkungan yang tercemar. Jadi kolam belut harus dibuat sedemikian rupa supaya habitat buatan di dalam kolam tidak mudah tercemar.

Di lahan luas, pencemaran serius biasanya hanya terjadi akibat kontaminasi material asing, sementara pencemaran akibat dari proses alami sangat jarang. Lahan yang luas membuat konsentrasi zat-zat beracun hasil pembusukan menjadi terlalu kecil untuk menimbulkan dampak negatif bagi belut.

Di lahan sempit ceritanya menjadi berbeda. Kontaminasi oleh material asing mudah dicegah, sementara zat beracun hasil pembusukan sisa-sisa pakan maupun hasil metabolisme belut itu sendiri, yang berlangsung kontinyu setiap saat, justru bisa menjadi biang pencemaran yang mematikan.

Cara paling mudah untuk menghindari pencemaran akibat proses pembusukan adalah dengan menyingkirkan sampah-sampah hasil pembusukan dari habitat kolam. Karena kolam belut bukan aquarium ikan hias yang bisa dikuras setiap saat, maka satu-satunya cara adalah dengan membuat air di kolam mengalir dengan debit kecil, sekedar untuk menjaga jangan sampai air di kolam menjadi jenuh.



PREV BUDIDAYA BELUT- NEXT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar