POST TERAKHIR

25 Juli 2008

SEKILAS TENTANG RESIKO

Suatu hari tampilan smallispowerful.blogspot.com mendadak berantakan. Perasaan, saya tidak melakukan kesalahan saat terakhir kali ngoprek source codenya. Dan seperti biasa setiap kali selesai oprek, sempat beberapa kali dicoba log ini-log out, gak ada masalah. Di catatan oprekan juga tidak saya temukan sesuatu yang pantas dicurigai sebagai tersangka biang kerok. 

Maka, ketika sampai 3 bulan kemudian saya belum bisa berbuat sesuatu untuk mengembalikan tampilannya, dengan berat hati terpaksa saya memutuskan bedol blog. 

Semula sempat ada gagasan untuk menggunakan template dari bloger, supaya kalau terjadi masalah lagi gampang recoverynya. Tapi setelah mencoba beberapa template dan ternyata gak ada yang saya rasa pas, akhirnya terpaksa kembali menggunakan template gratis bikinan Dzignine. 

Lalu, bagaimana kalau berantakan lagi? 

Yaaaahhhh, bagaimana nanti sajalah. Anggap saja sebagai resiko. Lha wong bernafas saja ada resikonya, mosok ngubeg-ubeg struktur blog bikinan orang gak mau menghadapi resiko?

Anda gak percaya kalau bernafaspun ada resikonya? Tetangga saya tewas justru gara-gara bernafas. Dia terpaksa kehilangan nyawa karena menghirup gas beracun saat menggali sumur. 

Nah, lho, kalau akifitas yang bahkan bisa dikerjakan oleh bayi saja tenyata juga nantang resiko sampai begtu fatal, apakah sekarang Anda masih percaya dengan iming-iming bisnis tanpa resiko? 

Kalaupun ada bisnis yang selalu mendatangkan untung, tetap saja ada resikonya. Ketika perusahaan berkembang dan punya banyak kekayaan, ada resiko lain yang harus dihadapi, kesrimpet pajak. 

Kesimpulannya, apapun yang kita kerjakan, selalu ada resikonya. Jadi jangan sekali-kali bermimpi bisa menghindar. Resiko menjadi besar atau kecil, relatif, tergantung nyali orang yang menghadapi. 

Ketika saya menentukan pilihan menjadi pengusaha, saya memutuskan untuk tidak perduli lagi pada resiko. Yang saya kerjakan cuma melatih nyali supaya kalau suatu saat ketemu resiko, tidak klepek-klepek. 

Masalah mencari jalan keluar, itu urusan belakang. Yang paling utama, jangan sampai keok sebelum bertempur hanya gara-gara tidak punya nyali. 

Bagaimana cara menyapkan nyali supaya tidak gampang klepek-klepek? 

Jangan tanya saya, wong sampai sekarangpun saya masih sering klepek-klepek. Hanya saja, meskipun jantung sampai empot-empotan, saya tidak pernah menyerah. Kalau terpaksa sampai ngompolpun saya tetap akan berjuang dengan celana basah – Masalahnya, lebih enak berjuang sambil ngompol ketimbang sampai titik darah penghabisan. (Memangnya kalau darah kita habis, masih bisa berjuang?).


HOME

Tidak ada komentar:

Posting Komentar