Setelah sempat bimbang, saya meluangkan waktu beberapa minggu untuk mengevaluasi semua prosedur yang sudah saya kerjakan. Saya punya keyakinan, kalau saya gagal melakukan sesuatu, kemungkinan besar hanya karena saya melakukan dengan cara keliru. Jadi saya harus tahu apa saja kesalahan yang sudah saya lakukan.
Tapi, mencari kesalahan diri sendiri bukan pekerjaan gampang, apalagi kalau tidak ada faktor pembanding. Bertanya pada orang lain, terutama untuk masalah budidaya belut, nampaknya tidak mungkin. Selain partner kerja saya, hampir tidak ada orang lain yang tahu secara detail. Bahkan istri saya tidak tahu kalau selama beberapa bulan terakhir saya main-main belut.
Barangkali lantaran terlalu serius mikir kegagalan, saya jadi stres, lalu tanpa sengaja nyaris menyulut konfrontasi dengan teman lama yang ternyata termasuk orang yang tidak percaya kalau belut bisa dibudidayakan menggunakan media buatan. Tapi justru berkat adu argumentasi itu beberapa kesalahan saya mulai terlihat.
Salah satu kesalahan yang nampak sepele tapi ternyata menjadi penyebab kegagalan paling dominan adalah karena saya bekerja semata-mata berdasar asumsi.
Saya memang pernah ikut pelatihan. Juga ada teman lama yang kebetulan menjadi pembudidaya belut – walaupun hanya bisa komunikasi lewat telepon, karena berjauhan. Tapi setelah beberapa kali konsultasi pada masa awal, saya tidak lagi menghubungi teman dan mantan pelatih sekalipun berulangkali mereka bilang bersedia membantu kapan saja saya membutuhkan. Semua tindakan saya kerjakan hanya berdasar kesimpulan pribadi terhadap informasi yang saya dapat dari berbagai sumber.
Sebenarnya tidak salah mempelajari sesuatu secara autodidak. Bahkan jurus untung-untunganpun kadang bisa manjur. Tapi tetap saja ada bedanya antara belajar dengan bertindak ngawur. Orang baru bisa dibilang belajar selagi dia selalu mencatat setiap langkah yang dikerjakan, meskipun prosedur itu dilakukan sekedar coba-coba. Sementara yang ngawur, ya ngawur saja. Kalaupun kebetulan berhasil, sulit mengulang lagi karena apa saja yang sebelumnya sudah dikerjakan, lupa.
Repotnya lagi, ketika bekerja dengan makhluk hidup, entah tumbuhan, binatang atau orang, kegagalan tidak pernah terjadi seketika. Gejala kegagalan baru muncul setelah beberapa kesalahan terakumulasi dalam tenggang waktu cukup lama, sehingga sulit untuk diketahui secara pasti kesalahan mana saja yang punya andil dominan.
Tapi sebaiknya memang tidak perlu berlagak sok paham. Bertanya dan saling berbagi pengalaman adalah cara paling bijaksana bagi siapapun yang ingin berhasil.
PREV - BUDIDAYA BELUT- NEXT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar