POST TERAKHIR
10 Maret 2013
SURAT CINTA DARI KPP
Ternyata sudah
masuk bulan Maret. Hampir 3 bulan saya runtang runtung bersama Anita ........ eiiiiitttt,
see no evil dulu. Anita itu penasehat pajak saya, menggantikan konsultan lama
yang sekarang lebih sering linglung ngurus client-client pausnya.
Anita cantik. Jelas
dong. Urusan pajak sudah cukup bikin dunia sumpeg, jadi biar suasana sedikit
seger ya cari penasehat yang bening.
Maunya begitu. Realitanya
sama saja, meskipun ada Anita, hari-hari saat menyusun laporan pajak perusahaan
tetap lebih sengsara ketimbang ketemu orang sakit gigi campur demam, bisulan,
panuan, dan bokek sekaligus.
Serasa belum
lengkap derita saya, tiba-tiba sepucuk surat cinta nongol begitu saja tanpa
permisi. Kalau membaca kop suratnya “Kementrian Keuangan Republik Indonesia”
mestinya seneng dong, ada orang sono naksir saya. Tapi kalau membaca tulisan di
bawahnya “Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta”, nah, mulai dah jantung
deg-degan.
Memang saya tidak
merasa berbuat salah, atau minimal sengaja nyalahi aturan. Tapi apapun yang
terjadi, menerima surat dari KPP jelas bikin kaget. Terlebih setelah membaca
isinya : .... berdasar data administrasi kami, faktur pajak tersebut belum
dilaporkan ........
Saya menjadi
lebih syok lagi ketika melihat Anita cuma kethap-kethip setelah membaca surat
itu.
“Begini saja
........ Gak masalah .......”
Nah, disitu
masalahnya. Anita bilang gak asalah, tapi mesti mikir lama dulu baru bicara.
“Pak Djati tanya ke customer, darimana mereka
dapat faktur itu dan PPNnya untuk pembayaran yang mana?”
Untung customernya
cooperative. Dan yang membuat nafas saya jadi enteng, ternyata mereka tidak
pernah melaporkan faktur pajak dari rental saya – karena rental saya memang tidak
menerbitkan faktur. Mengenai nomer faktur yang disebut dalam surat cinta,
ternyata milik perusahaan lain yang kebetulan punya nama mirip. Customer saya
bahkan mengirim copy fakturnya.
Dua hari kemudian
saya menghadap AR di KPP. Semula agak senewen juga, terutama karena beberapa
teman yang pernah kejeblos pajak memberi ilustrasi agak serem, disamping
pengalaman saya sendiri belasan tahun lalu juga teramat pahit. Tapi AR yang sama
beningnya seperti Anita itu membuat perut yang mendadak mules sejak menginjak
halaman KPP seketika sembuh.
Saya disarankan
membuat konfirmasi tertulis dilampiri copy faktur. Selesai?
“Insya Allah!”
Tapi suara Anita yang biasanya enak di telinga kali ini terdengar sumbang.
Dari kabar
selentingan – soalnya kalau kabar angin saya kuatir bau kentut, ternyata banyak
wajib pajak yang mengalami nasib serupa. Beberapa “ngaku selamat”, tapi sisanya
kemudian ditetapkan menjadi PKP.
Saya belum bisa
membayangkan, apakah ditetapkan sebagai PKP itu merupakan anugerah atau musibah.
Kalau menururt ARnya, sebaiknya rental saya dikukuhkan sebagai PKP supaya bisa
lebih leluasa menerima order dari BUMN.
Cuma yang selama
ini saya alami, kebanyakan order sewa kendaraan VIP dari BUMN dibayar
menggunakan dana taktis – (nah, makanan apapula ini?). Dana semacam itu tidak
keluar dari laci bendaharawan, oleh sebab itu NPWP customer tidak boleh
dibawa-bawa.
Sebenarnya bisa saja
tetap dikenakan PPN tanpa “nyebut” NPWP customer, hanya saja pemegang duit yang
berasal dari dana taktis kebanyakan alergi pajak. Jadi kalau penyedia jasanya
ngotot mengenakan PPN, order berikutnya pasti gak bakal datang lagi.
Hampir seminggu
saya nagih, tapi sampai tulisan ini saya upload Anita belum memberi jawaban
apakah rental saya sebaiknya jadi PKP atau tidak.
“Hitungan pajak
tahunannya diselesaikan dulu. One step at the time”
Semoga memang
karena harus dikerjakan satu-satu, bukan lantaran Anita bingung.
Tapi kalaupun
anita bingung, saya tetap harus bersyukur. Itu pertanda dia serius memikirkan
masalah saya. Bukan asal main tembak memberi solusi.
23 Februari 2013
Menururt Saya : ZAKAT BUKAN PAJAK
Di lembar pertama
formulir SPT 1770S pada bagian “penghasilan netto” terdapat “zakat atas
penghasilan yang menjadi obyek pajak” sebagai unsur pengurang penghasilan netto
kena pajak. Artinya, kalau Anda membayar zakat pada lembaga tertentu dan
menerima bukti bayar zakat, maka jumlah zakat yang Anda bayarkan itu bisa
digunakan untuk mengurangi jumlah penghasilan netto yang harus dibayar
pajaknya.
Lumayan juga.
Barangkali
“lumayan” itu pula yang membuat salah satu teman saya heran ketika melihat
kolom zakat di SPT saya tertulis angka 0.
“Memangnya kamu
gak bayar zakat?”
“Lah, setornya
kan nitip kamu?”
“Terus, kenapa
zakatnya gak diisi?”
“Males!” Cuma itu
yang bisa saya katakan. Maksud saya males berdebat. Soalnya kalau dijawab
beneran pasti buntutnya panjang, dan saya benar-benar males debat kusir.
Saya buat
postingan ini sekedar sebagai bahan pertimbangan bagi siapapun yang memerlukan
second opinion terkait dengan zakat. Anda bebas berkomentar, tapi supaya tidak
menjadi debat kusir, tidak akan saya tanggapi.
Berapapun hutang
pajak saya, tidak akan saya kurangkan dengan zakat. Bagi saya zakat bukan
semata-mata masalah uang. Nilainya tidak terbatas hanya pada jumlah yang saya
bayarkan. Disamping itu, saya juga tidak yakin apakah Allah berkenan kalau
zakat itu saya gunakan untuk meringankan hutang pajak.
Siapa yang bisa
menjamin pahala zakat saya tidak dihapus Allah hanya gara-gara kewajiban yang
seharusnya ikhlas dibayar itu ternyata pada akhir tahun saya ungkit kembali
sebagai pengurang pajak?
PREV - MABUK PAJAK - NEXT
03 Januari 2013
LAVA TOUR
Entah kenapa, sejak Merapi meletus Oktober – November 2010, saya demen kelayapan ke kaki Merapi. Padahal sebelum itu saya selalu merasa tidak nyaman setiap kali berada dekat gunung berapi.
Tidak ada niatan atau aktifitas khusus yang saya lakukan setiapkali nyambangi Merapi. Cuma duduk-duduk sambil foto sana sini. Tidak sampai setengah jam, setelah itu cabut, pulang.
Setelah lebih delapan bulan tidak nyambangi Kopengrejo, awal 2013 saya dapati suasana sudah jauh berbeda. Kaki Merapi nyaris tidak nampak lagi, tertutup pohon-pohon besar. Suasana rindang membuat angin di kaki menara pengawas tidak terasa sekencang ketika tempat itu masih berupa hamparan pasir. .
Puncak Merapi sepertinya juga mengalami perubahan. Sekarang, kubah di tengah rekahan kawah gampang dilihat dari kejauhan.
Biasanya jarak terdekat dengan Merapi yang saya kunjungi hanya sampai Kopengrejo. Tapi 2 Januari lalu saya kelayapan sampai Kaliadem. Naik motor tentu saja dan tanpa anak istri. Saya tidak punya cukup nyali membawa mobil melewati batas menara jaga Kopengrejo. Gak kebayang kalau sampai selip atau kejeblos di perjalanan.
Ada cara yang lebih aman untuk jalan-jalan menempuh rute lava tour. Di Kaliurang tersedia banyak jeep sewaan komplit dengan driver yang bisa digunakan bersama keluarga untuk menjelajahi kaki gunung.
Di luar musim libur, kita cukup membayar Rp 250 ribu untuk melakukan perjalanan dari Kaliurang sampai Kaliadem PP. Pada musim "sepi" kita tidak perlu bersaing rebutan kendaraan, durasi perjalananpun lebih panjang dan lebih santai.
Kalau mau lebih menantang, bisa menyewa motor trail. Boleh dibawa sendiri, bisa juga minta bonceng. Tarif sewanya Rp 50 sampai Rp 150 ribu. Tidak perlu kuatir mogok atau bocor ban. Motornya masih baru dengan ban yang memang khusus untuk menempuh medan off road.
Tidak ada niatan atau aktifitas khusus yang saya lakukan setiapkali nyambangi Merapi. Cuma duduk-duduk sambil foto sana sini. Tidak sampai setengah jam, setelah itu cabut, pulang.
Setelah lebih delapan bulan tidak nyambangi Kopengrejo, awal 2013 saya dapati suasana sudah jauh berbeda. Kaki Merapi nyaris tidak nampak lagi, tertutup pohon-pohon besar. Suasana rindang membuat angin di kaki menara pengawas tidak terasa sekencang ketika tempat itu masih berupa hamparan pasir. .
Puncak Merapi sepertinya juga mengalami perubahan. Sekarang, kubah di tengah rekahan kawah gampang dilihat dari kejauhan.
Biasanya jarak terdekat dengan Merapi yang saya kunjungi hanya sampai Kopengrejo. Tapi 2 Januari lalu saya kelayapan sampai Kaliadem. Naik motor tentu saja dan tanpa anak istri. Saya tidak punya cukup nyali membawa mobil melewati batas menara jaga Kopengrejo. Gak kebayang kalau sampai selip atau kejeblos di perjalanan.
Ada cara yang lebih aman untuk jalan-jalan menempuh rute lava tour. Di Kaliurang tersedia banyak jeep sewaan komplit dengan driver yang bisa digunakan bersama keluarga untuk menjelajahi kaki gunung.
Di luar musim libur, kita cukup membayar Rp 250 ribu untuk melakukan perjalanan dari Kaliurang sampai Kaliadem PP. Pada musim "sepi" kita tidak perlu bersaing rebutan kendaraan, durasi perjalananpun lebih panjang dan lebih santai.
Kalau mau lebih menantang, bisa menyewa motor trail. Boleh dibawa sendiri, bisa juga minta bonceng. Tarif sewanya Rp 50 sampai Rp 150 ribu. Tidak perlu kuatir mogok atau bocor ban. Motornya masih baru dengan ban yang memang khusus untuk menempuh medan off road.
30 Desember 2012
Jadilah Pengusaha, Bukan Rampok
Semasa saya masih punya kios kelontong, ibu saya selalu
membayar apapun yang diambil, sesuai dengan harga jual. Tidak pernah sekalipun
mau menerima discount.
Pada mulanya saya merasa aneh. Saya membeli dagangan
menggunakan modal yang saya dapat dari ibu, lalu ketika ibu saya membutuhkan,
beliau masih harus membayar lagi. Tidak masuk akal.
Tapi kurang dari tiga bulan kemudian saya menjadi paham
mengapa harus begitu, ketika tiba-tiba saya sadar persediaan barang dagangan
semakin menipis, sementara uang tunai hanya tersisa dalam hitungan receh. Lebih
konyol lagi, pada hari itu ada dua hutang kepada supplier yang jatuh tempo.
Kemana perginya uang saya? Perasaan akhir bulan lalu saya
masih pegang duit "banyak".
Saya sempat mencurigai pegawai kios dan bahkan partner
bisnis saya. Untungnya, sebelum terlanjur menuduh saya bicara dulu dengan ibu.
Di akhir diskusi yang hanya berlangsung beberapa menit itu
saya menjadi sangat malu ketika mengetahui bahwa malingnya adalah saya sendiri.
Hampir kepada setiap kenalan yang berbelanja saya memberi
harga khusus. Saya juga menyuguhkan snack dan teh botol kepada siapapun yang
bertandang ke kios. Potongan harganya tidak seberapa, harga snack dan teh
botolnya tidak mahal, tapi karena keuntungan riil yang saya dapat setiap
harinya masih sebatas recehan, akhirnya tekor juga.
Sebelumnya saya tidak pernah menyangka modal saya bakal
tergerus. Hasil penjualan yang saya dapat setiap hari lumayan besar dibanding
harga snack dan teh botol yang saya ambil. Tapi saya khilaf telah menganggap
hasil penjualan sebagai pengasilan. Saya lupa bahwa sebagian besar dari uang
yang saya peroleh setiap hari sebenarnya adalah milik para supplier, sementara
bagian saya sendiri hanya kecil, itupun masih harus dipotong untuk membayar
biaya operasional kios.
Saya sangat beruntung, pada pelajaran pertama itu masih ada ibu yang bisa jadi bumper. Cuma
sayang, pelajarannya belum cukup membuat saya mengerti benar.
Meskipun saya tidak lagi obral discount, dan membayar semua barang
yang saya ambil. Tapi saya membayar menggunakan uang hasil penjualan
hari sebelumnya yang sengaja saya sisihkan untuk keperluan pribadi. Sebenarnya tidak salah mengambil upah untuk diri sendiri, cuma masalahnya,
saya tidak pernah berusaha mencari tahu apakah jumlah yang saya sisihkan itu
sepadan dengan keuntungan yang saya peroleh atau tidak.
Ketika omset semakin besar, keuntungan juga bertambah. Tapi
saya tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa biaya operasional juga
membengkak. Saat itu saya hanya melihat – secara harfiah memang seperti itu,
nominal uang yang saya peroleh setiap hari, terutama ketika terjadi akumulasi
kas akibat tidak tertib disetor ke bank.
Dengan jumlah uang "begitu besar" saya kemudian
tidak merasa melakukan kesalahan ketika menggunakan "sebagian kecil"
untuk membeli mobil, nraktir teman atau melengkapi koleksi perangko saya.
Terutama ketika jumlah "uang yang datang" semakin besar karena saya
tidak lagi harus membayar tunai kepada supplier.
Suatu ketika, sebagian kecil dari uang yang berputar
terpaksa harus berhenti karena beberapa customer mengalami masalah finansial. Mestinya tidak terjadi apa-apa, karena volume
yang berputar masih jauh lebih besar. Faktanya, terjadi efek domino.
Karena saya tidak mengendalikan pengeluaran pribadi, maka volume kecil yang berhenti itu membuat perputaran usaha saya
secara keseluruhan terganggu. Lalu ketika saya mulai mengalami
kesulitan membayar hutang jangka pendek, secepat itu pula segalanya menjadi sangat gamblang, bahwa saya tidak memiliki apa-apa lagi selain hutang..
Saya masih beruntung, bisa "berhenti" sebelum
terlambat. Meskipun pada akhirnya hanya tersisa beberapa ratus
ribu saja, tapi saya lolos dari jeratan hutang.
Pelajaran pahit itu kemudian memaksa saya memisahkan uang
pribadi dengan uang perusahaan. Hanya dengan cara seperti itu saya mencegah
diri sendiri tanpa sengaja merampok harta perusahaan.
01 Desember 2012
ENJOY AJA!
Suatu ketia bisnis saya terpuruk habis. Dan sekeras apapun saya berjuang, berusaha bangkit, selalu ketemu jalan buntu. Saat saya sudah seperti katak yang kelelahan setelah ratusan kali melompat berusaha keluar dari lobang tapi tak kunjung berhasil, seseorang memberi nasehat supaya saya bersyukur dan tidak terlalu ngotot.
"Bersyukurlah, meskipun bangkrut, kamu tidak dikejar debt collector."
Kalau saja saya cukup waras, entah apa jadinya orang itu. Enak saja nyuruh bersyukur. Coba saja kalau dia yang mengalami, seluruh harta ludes, tinggal celana kolor. Tapi saat itu mental saya sudah sangat lelah. Pikiran saya terlalu kacau untuk diajak berbantah.
Bahkan beberapa bulan kemudian, ketika keadaan menjadi semakin buruk, akhirnya saya tidak punya pilihan lain kecuali mengakui bahwa nasehat itu benar. Saya memang harus bersyukur, meskipun semua harta ludes, tapi tidak punya tanggungan bayar hutang, sementara beberapa kawan yang bisnisnya juga bangkrut harus berakhir di penjara atau rumahsakit jiwa.
Hari itu untuk pertamakalinya saya berhenti merengek-rengek berdo'a minta ini itu, dan hanya mengucap Alhamdulillah karena saya masih bisa menikmati apapun yang saya makan dan tidur nyenyak, karena masih ada sisa duit walaupun hanya beberapa ratus ribu, karena ada motor yang bisa saya pinjam, karena ada pedagang keliling yang bersedia meminjamkan sebagian dagangannya, karena badan saya tetap sehat dan kuat setiap hari jualan keliling, menempuh lebih dari 100 kilometer, meskipun kadang cuma makan sekali.
Lambat tapi pasti, akhirnya saya menyadari, semakin banyak yang bisa saya syukuri semakin enak rasanya. Segala macam perasaan sumpeg, sesak, bahkan penyakit orang gagal (pesimis, iri, dengki, suka mencela) yang mulai berjangkit, berangsur-angsur hilang.
Bersyukur tidak membuat hidup menjadi lebih mudah. Masalah dan kesulitan tetap menjadi menu rutin harian. Tapi paling tidak saya bisa mengendalikan reaksi saya terhadap hal-hal buruk yang terjadi.
Seperti ketika brand new Altis yang saya pinjam dari teman – lalu saya sewakan kembali – hampir seluruh bagasinya hancur diseruduk mobil militer yang telat ngerem di lampu merah. Punya urusan dengan tentara saja sudah apes, apalagi mobil tidak diasuransikan. Lebih konyol lagi, pemilik kendaraan ternyata tidak siap menghadapi resiko seperti itu.
Hanya satu kalimat yang membuat saya tetap bisa berpikir waras: Alhamdulillah, untung cuma kena bagasi. Penumpang dan sopir saya tidak katut jadi korban.
Setelah itu tidak terjadi keajaiban apa-apa, tapi karena pikiran tidak kacau, saya bisa nemu cara terbaik untuk menyelesaikannya. Termasuk tidak melimpahkan biaya perbaikan kendaraan kepada sopir, karena dia memang tidak bersalah.
Saya rasa, untuk lolos dari masalah atau supaya menang ketika menghadapi rintangan, kita tidak butuh keajaiban atau jurus perang Tsun Zu. Hanya perlu sedikit ketenangan supaya "malaekat" kreatif yang bersemayam dalam diri kita bisa bekerja dengan leluasa. Dan karena masalah dan rintangan adalah menu harian bagi pengusaha, maka tidak ada cara lain untuk mengadapi kecuali ENJOY AJA!
Kalau saja saya cukup waras, entah apa jadinya orang itu. Enak saja nyuruh bersyukur. Coba saja kalau dia yang mengalami, seluruh harta ludes, tinggal celana kolor. Tapi saat itu mental saya sudah sangat lelah. Pikiran saya terlalu kacau untuk diajak berbantah.
Bahkan beberapa bulan kemudian, ketika keadaan menjadi semakin buruk, akhirnya saya tidak punya pilihan lain kecuali mengakui bahwa nasehat itu benar. Saya memang harus bersyukur, meskipun semua harta ludes, tapi tidak punya tanggungan bayar hutang, sementara beberapa kawan yang bisnisnya juga bangkrut harus berakhir di penjara atau rumahsakit jiwa.
Hari itu untuk pertamakalinya saya berhenti merengek-rengek berdo'a minta ini itu, dan hanya mengucap Alhamdulillah karena saya masih bisa menikmati apapun yang saya makan dan tidur nyenyak, karena masih ada sisa duit walaupun hanya beberapa ratus ribu, karena ada motor yang bisa saya pinjam, karena ada pedagang keliling yang bersedia meminjamkan sebagian dagangannya, karena badan saya tetap sehat dan kuat setiap hari jualan keliling, menempuh lebih dari 100 kilometer, meskipun kadang cuma makan sekali.
Lambat tapi pasti, akhirnya saya menyadari, semakin banyak yang bisa saya syukuri semakin enak rasanya. Segala macam perasaan sumpeg, sesak, bahkan penyakit orang gagal (pesimis, iri, dengki, suka mencela) yang mulai berjangkit, berangsur-angsur hilang.
Bersyukur tidak membuat hidup menjadi lebih mudah. Masalah dan kesulitan tetap menjadi menu rutin harian. Tapi paling tidak saya bisa mengendalikan reaksi saya terhadap hal-hal buruk yang terjadi.
Seperti ketika brand new Altis yang saya pinjam dari teman – lalu saya sewakan kembali – hampir seluruh bagasinya hancur diseruduk mobil militer yang telat ngerem di lampu merah. Punya urusan dengan tentara saja sudah apes, apalagi mobil tidak diasuransikan. Lebih konyol lagi, pemilik kendaraan ternyata tidak siap menghadapi resiko seperti itu.
Hanya satu kalimat yang membuat saya tetap bisa berpikir waras: Alhamdulillah, untung cuma kena bagasi. Penumpang dan sopir saya tidak katut jadi korban.
Setelah itu tidak terjadi keajaiban apa-apa, tapi karena pikiran tidak kacau, saya bisa nemu cara terbaik untuk menyelesaikannya. Termasuk tidak melimpahkan biaya perbaikan kendaraan kepada sopir, karena dia memang tidak bersalah.
Saya rasa, untuk lolos dari masalah atau supaya menang ketika menghadapi rintangan, kita tidak butuh keajaiban atau jurus perang Tsun Zu. Hanya perlu sedikit ketenangan supaya "malaekat" kreatif yang bersemayam dalam diri kita bisa bekerja dengan leluasa. Dan karena masalah dan rintangan adalah menu harian bagi pengusaha, maka tidak ada cara lain untuk mengadapi kecuali ENJOY AJA!
23 September 2012
JANGAN SEKEDAR PENGIN JADI PENGUSAHA
Anak teman saya mendadak ngebet pengin jadi pengusaha setelah pada reuni SMA lebaran dua tahun lalu ketemu bekas kawan yang dulu terpaksa ngider koran untuk bayar SPP, sekarang, lima tahun kemudian, sukses jadi juragan ikan hias.
Beberapa bulan setelah menerima gelontoran modal yang tidak sedikit – seingat saya belum genap 5 bulan,, bisnis ikan hiasnya mandeg total tanpa bekas. Tempat usaha yang semula penuh akuarium dan segala perlengkapannya berubah menjadi gerai laundry kiloan. Itupun tidak lama dan segera berganti menjadi kedai digital printing.
Awal tahun ini secara mendadak pengusaha muda itu bersama kroninya datang menemui saya, menawarkan kerjasama rental mobil exclusive. Walaupun sampai hari ini saya tetap tidak paham apa yang dimaksud dengan rental exclusive, tapi idenya termasuk luar biasa, modalnya juga komplet: 3 unit Audi, 1 unit Jaguar, 1 unit Mercedes Viano, 1 unit Humvee dan 2 unit Isuzu ELF yang dimodifikasi habis menjadi luxury van.
Sementara si anak dengan penuh semangat tanpa kenal lelah terus berusaha membujuk supaya saya mau bekerja sama, si bapak mulai sering meriang.
Pohon jagung di kebun belakang belum lagi berbuah ketika salah satu Audi yang konon disewa lepas kunci untuk shooting film, sudah 2 minggu tidak ketahuan rimbanya, begitu pula dengan orang yang menyewa.
Dalam skala yang jauh lebih kecil, sayapun pernah mengalami nasib serupa. Beberapa kali gagal, modal ludes tanpa bekas. Saat itupun saya baru mulai belajar bisnis. Umur saya menjelang 15. Untungnya, ayah dan ibu tidak merestui niat saya belajar bisnis sebelum selesai sekolah, sehingga duit yang hilang tidak lebih dari lima ratus ribu (walaupun untuk saat itu nilainya juga sudah termasuk besar).
Lama sebelum berumur 15 tahun saya pernah “sukses” jualan kelereng, layang-layang dan mainan yang terbuat dari kulit jeruk atau kembang tebu. Saya sempat bertanya-tanya pada diri sendiri, mengapa setelah gedean, dan lebih pinter, malah selalu tekor dan gagal?
Saya butuh waktu lumayan lama untuk menyadari bahwa “pengin punya bisnis” saja tidak cukup sebagai motivasi untuk menjadi seorang entrepreneur. Apalagi kalau keinginan itu muncul hanya karena melihat orang lain sukses.
Bisnis bukan mode. Bisnis bukan trend yang bisa ditiru-tiru layaknya model sepatu atau dandanan rambut. Bisnis membutuhkan kesungguhan hati. “Bisnis” saya di masa kanak-kanak yang sebetulnya sekedar iseng itu running well sampai beberapa tahun karena saya melakukannya dengan sepenuh hati, bukan lantaran ikut-ikutan orang lain atau pengin punya duit banyak dengan cara gampang.
Bisnis adalah perjalanan panjang, baru berakhir ketika pelakunya tidak lagi mampu meneruskan perjalanan. Dan selama perjalanan itu, masalah, rintangan dan kesulitan datang silih berganti. Maka seorang entrepreneur tidak punya pilihan selain harus berani menghadapi apapun yang terjadi.
Beberapa bulan setelah menerima gelontoran modal yang tidak sedikit – seingat saya belum genap 5 bulan,, bisnis ikan hiasnya mandeg total tanpa bekas. Tempat usaha yang semula penuh akuarium dan segala perlengkapannya berubah menjadi gerai laundry kiloan. Itupun tidak lama dan segera berganti menjadi kedai digital printing.
Awal tahun ini secara mendadak pengusaha muda itu bersama kroninya datang menemui saya, menawarkan kerjasama rental mobil exclusive. Walaupun sampai hari ini saya tetap tidak paham apa yang dimaksud dengan rental exclusive, tapi idenya termasuk luar biasa, modalnya juga komplet: 3 unit Audi, 1 unit Jaguar, 1 unit Mercedes Viano, 1 unit Humvee dan 2 unit Isuzu ELF yang dimodifikasi habis menjadi luxury van.
Sementara si anak dengan penuh semangat tanpa kenal lelah terus berusaha membujuk supaya saya mau bekerja sama, si bapak mulai sering meriang.
Pohon jagung di kebun belakang belum lagi berbuah ketika salah satu Audi yang konon disewa lepas kunci untuk shooting film, sudah 2 minggu tidak ketahuan rimbanya, begitu pula dengan orang yang menyewa.
Dalam skala yang jauh lebih kecil, sayapun pernah mengalami nasib serupa. Beberapa kali gagal, modal ludes tanpa bekas. Saat itupun saya baru mulai belajar bisnis. Umur saya menjelang 15. Untungnya, ayah dan ibu tidak merestui niat saya belajar bisnis sebelum selesai sekolah, sehingga duit yang hilang tidak lebih dari lima ratus ribu (walaupun untuk saat itu nilainya juga sudah termasuk besar).
Lama sebelum berumur 15 tahun saya pernah “sukses” jualan kelereng, layang-layang dan mainan yang terbuat dari kulit jeruk atau kembang tebu. Saya sempat bertanya-tanya pada diri sendiri, mengapa setelah gedean, dan lebih pinter, malah selalu tekor dan gagal?
Saya butuh waktu lumayan lama untuk menyadari bahwa “pengin punya bisnis” saja tidak cukup sebagai motivasi untuk menjadi seorang entrepreneur. Apalagi kalau keinginan itu muncul hanya karena melihat orang lain sukses.
Bisnis bukan mode. Bisnis bukan trend yang bisa ditiru-tiru layaknya model sepatu atau dandanan rambut. Bisnis membutuhkan kesungguhan hati. “Bisnis” saya di masa kanak-kanak yang sebetulnya sekedar iseng itu running well sampai beberapa tahun karena saya melakukannya dengan sepenuh hati, bukan lantaran ikut-ikutan orang lain atau pengin punya duit banyak dengan cara gampang.
Bisnis adalah perjalanan panjang, baru berakhir ketika pelakunya tidak lagi mampu meneruskan perjalanan. Dan selama perjalanan itu, masalah, rintangan dan kesulitan datang silih berganti. Maka seorang entrepreneur tidak punya pilihan selain harus berani menghadapi apapun yang terjadi.
PREV - YANG SERING DILUPAKAN - NEXT
04 September 2012
JANGAN SERAKAH
Suatu hari saya kesasar di situs Jangan Serakah. Kontentnya bagus dan saya rasa harus dibaca terutama oleh orang-orang yang sedang bingung plus sedikit bernafsu untuk berinvestasi.
Salah satu yang saya suka adalah posting yang membahas tentang trik mengeruk uang lewat internet. Saya pernah terpikat oleh tawaran bisnis instant seperti itu. Sungguh sangat naif, dengan sekian tahun pengalaman bisnis ditambah sekian kali kena tipu, ternyata saya masih tergoda tawaran bisnis instant untuk mencari rejeki berlimpah dengan cara gampang dan dalam waktu singkat.
Supaya Anda tidak pindah dari halaman ini sekaligus Anda mengerti apa yang saya maksud, berikut ini adalah copy paste dari posting itu:
Kepada pembaca JanganSerakah.com YTH,
Dari semua tulisan yang pernah saya tulis hingga saat ini, mungkin ini satu-satunya tulisan yang saya harap tidak akan pernah dibaca oleh satu orang pun. Tetapi karena saat ini anda sedang membaca artikel ini, berarti harapan saya tersebut tidak tercapai.
Jika anda sampai membaca ini karena tergiur oleh rahasia ‘mesin pencetak uang di Internet’, maka berarti anda telah termakan salah satu tipuan paling ‘tua’ di Internet. Tipuan ini sendiri dikenal dengan beberapa nama, tetapi yang paling umum mungkin dikenal sebagai One Page Sales Letter Scam ataupun E-book scam.
Berita baiknya, karena yang ‘menipu’ anda kali ini adalah saya, maka anda tidak mengeluarkan uang sama sekali meskipun telah termakan tipuan ini.
(PS: Mudah-mudahan anda tidak termakan candaan saya mengenai harus menyumbang $1 dahulu ke gerakan Stand Up 2 Cancer sebelum mendownload file ini. Saya mengungkit tentang gerakan sosial tersebut di artikel ini karena mungkin sebagian pembaca blog yang baru tidak mengetahui tentang gerakan sosial ini.
Sama sekali tidak ada maksud saya untuk membuat orang menyumbangkan uang kepada gerakan sosial dengan cara tipuan, seberapapun bagusnya gerakan sosial tersebut. Meskipun demikian, saya akan sangat berterima kasih jika seandainya anda tertarik untuk bergabung di gerakan sosial tersebut bersama saya.)
-----oOo-----
Tipuan One Page Sales Letter, secara umum biasanya menawarkan ‘rahasia’ mengeruk kekayaan dari Internet. Meskipun demikian, ada juga beberapa di antara mereka yang menawarkan ‘rahasia’ jenis lain. ‘Rahasia-rahasia’ ini biasanya lalu ditawarkan dengan harga tertentu, berkisar dari beberapa ratus ribu rupiah hingga ratusan dollar.
Korban yang terbujuk untuk membeli ‘rahasia’ yang ditawarkan dalam tipuan ini lalu akan menerima sebuah ‘e-book’ (umumnya berbentuk file PDF).
Secara umum, e-book tersebut boleh dikatakan adalah ‘sampah’. Jikalau e-book tersebut memuat sesuatu informasi yang berguna pun umumnya informasi tersebut bisa ditemukan dengan gratis di Internet.
Selamat, anda telah membeli kucing dalam karung. Sayangnya, ketika karung dibuka, ternyata kucingnya tidak seperti yang anda bayangkan.
Lalu apa ‘rahasia’ mencetak uang Internet yang digembar-gemborkan tersebut? ‘Rahasia’ tersebut umumnya adalah mengajak para korban untuk ikut membuat situs sejenis dan lalu ikut berjualan ‘e-book’. Biasanya korban diajak untuk menjadi ‘salesman’ e-book yang telah dibelinya tersebut (afiliasi), tentunya dengan mendapat komisi
‘Akal-akalan’ semacam ini sendiri bisa bisa dikatakan menjamur di berbagai belahan dunia, termasuk di negara kita. Salah satu contoh ‘versi Nusantara’ dari ‘akal-akalan’ ini bisa ditemukan di www.bikinxxxx[DOT]com (sensor andmin). Pemilik situs ini menawarkan ‘rahasia’ mencetak uang di Internet hanya dalam 30 menit. Sayangnya pemilik situs tersebut lupa menambahkan bahwa yang akan mencetak uang dalam hal ini adalah dia sendiri.
Situs ini sendiri sengaja saya pilih sebagai contoh karena mempunyai beberapa ciri umum yang bisa dipakai oleh teman-teman untuk mengenali praktek semacam ini, yaitu:
1. Memberikan iming-iming mendapatkan uang banyak tanpa perlu bekerja (ataupun tanpa kerja keras)
2. Situsnya ramai dengan warna dan highlight warna-warni seperti ini. Agar lebih ‘eye catching’, animasi seperti huruf berkedap-kedip juga digunakan secara ‘royal’. (sehingga terkadang membuat sakit mata)
3. Penggunaan FONT SIZE (ukuran tulisan) dalam beraneka-ragam ukuran seperti ini.
4. Ramai dengan penggunaan efek BOLD (huruf tebal), italics (huruf miring), dan underline (garis bawah)
5. Hasil Scan dari buku tabungan yang menunjukkan ‘aliran’ uang masuk. Biasanya adalah hasil ‘photoshop’. Trik lain yang kadang dipakai (lebih jarang karena agak repot), adalah pemilik rekening tersebut mentransfer uang ke rekeningnya sendiri.
6. ‘Testimonial’ yang ‘meyakinkan’ (dalam tanda kutip) yang kerap disertai dengan foto. Mungkin foto dari para eks korban yang kini ikut ‘salesman’ e-book. Tidak menutup juga kemungkinan bahwa foto tersebut diambil dari situs networking seperti friendster, facebook dll, tanpa sepengetahuan pemilik foto.
PS: Utk ‘testimonial’ Bikinxxxxt[DOT]com – sensor lagi, ini ada cerita yang cukup lucu. Dahulu, di forum kaskus.us, pernah ada sebuah thread yang mengiklankan situs ini. Itu merupakan pertama kalinya saya menemukan situs tersebut.
Ketika itu, testimonial dari Sarah (pramuniaga) dan Cahya (Pelajar Universitas) di situs tersebut masih dilengkapi dengan foto, dimana foto keduanya merupakan foto wanita yang sangat ‘atraktif’.
Iseng, saya lalu bergurau bahwa saya baru ‘tertarik’ utk membeli e-booknya jika dikenalkan kepada kedua orang tersebut, karena saya merasa yakin bahwa foto tersebut merupakan hasil ‘asal comot’.
Tidak lama kemudian, foto keduanya hilang dari bagian testimonial. Nampaknya orang yang mengiklankan situs tersebut di forum kaskus merupakan si pemilik situs tersebut.
7. Biasanya tipuan One Page Sales Letter belum ‘lengkap’ tanpa gambar rumah mewah, mobil ataupun kapal pesiar, hanya saja entah siapa pemiliknya.
8. Penggunaan teknik High-Pressure Selling. Anda ditawarkan untuk mendapatkan ‘rahasia’ tersebut dengan diskon besar, ASALKAN ANDA MEMBELI SEKARANG!!!! (Ataupun dalam jangka waktu tertentu). Diskon tersebut biasanya dikatakan akan berakhir segera untuk menambah ‘tekanan’ kepada calon korban.
Untuk situs BikinXXXX.com, harga ‘normal’ dari ‘rahasia’ tersebut dikatakan adalah sebesar Rp 17.560.000,-. Tetapi anda bisa mendapatkan ‘rahasia’ tersebut dengan harga Rp 240.000,- asalkan anda membelinya sebelum waktu tertentu.
Ketika saya menulis artikel ini, ‘batas waktu’ di situs tersebut adalah jam 23:59, tanggal 21 Oktober 2008. Dikatakan juga bahwa harga tersebut akan naik kembali menjadi Rp 17.560.000,- pada jam 00:01 tanggal 22 Oktober 2008 (ada yang terpikirkan bagaimana seandainya jika kita membelinya pada jam 24:00 tepat alias 00:00?)
Tentunya ‘batas waktu’ ini hanyalah akal-akalan semata, karena akan selalu bergeser. Ketika saya pertama kali menemukan situs tersebut beberapa bulan lalu, batas waktunya adalah akhir bulan tersebut (saya lupa bulan berapa). Seperti bisa kita lihat, hingga saat ini, promo ‘akal-akalan’ tersebut belum berakhir (kecuali jika pemilik situs tersebut adalah pembaca JanganSerakah.com dan ikut membaca artikel ini kemudian merubah sistemnya).
9. Sebagai ‘bumbu’ tambahan, pemilik situs biasanya tidak lupa menawarkan ‘bonus’ jika kita membeli e-book tersebut SEKARANG.
10. Lembaran Disclaimer, yang pada dasarnya melindungi si pemilik situs tersebut dari berbagai kemungkinan tuntutan dari para korban.
Sebagai contoh, beberapa paragraf disclaimer BikinXXXX.com mengatakan bahwa:
“Penghasilan dan catatan pemasukan yang di buat oleh usaha saya dan pelanggan yang lain adalah estimasi dari apa yang saya fikir bisa anda dapatkan. Tidak ada jaminan anda akan menghasilkan hal yang sama, dan anda siap terhadap resiko tersebut, karena pendapatan yang dihasilkan oleh setiap orang adalah berbeda.”
“Penggunaan informasi, produk dan layanan saya, harus berdasarkan ketekunan anda dan anda setuju kalau perusahaan saya tidak ada hubungannya dengan kesuksesan ataupun kegagalan dari usaha anda baik secara langsung maupun tidak langsung karena anda membeli dan menggunakan informasi, produk dan layanan dari saya.”
Dengan adanya disclaimer semacam ini, bisa dikatakan pemilik situs tersebut ‘kebal’ dari segala macam tuntutan hukum, karena korban sudah menyatakan mengetahui dan setuju berbagai ‘batasan’ di atas.
Sederhananya, dengan disclaimer ini, para korban yang termakan oleh ‘akal-akalan’ ini sudah menyatakan bahwa dirinya menyadari dan setuju untuk beli kucing dalam karung, sehingga tidak bisa menuntut apa-apa jika tidak puas dengan transaksi tersebut.
-----oOo-----
Mudah-mudahan dengan artikel ini, para pembaca blog ini tidak lagi menjadi korban ‘akal-akalan’ semacam ini.
Praktek semacam ini sangat sulit untuk ‘dijerat’ karena secara teknis merupakan transaksi ‘jual-beli’ sehingga berada di wilayah abu-abu, terlebih dengan adanya disclaimer dari sang pemilik situs. Oleh karena itu kemungkinan besar praktek semacam ini akan tetap kita temui di masa depan.
PREV - YANG SERING DILUPAKAN - NEXT
Langganan:
Postingan (Atom)